Derajat yang Tinggi

Oleh Khoirul Muslimin, S.Sos.I.,M.I.Kom.

Sakit dianggap sebagai musibah, namun dari sebagian orang sakit merupakan nikmat dari Allah. Orang yang merasa niknat saat sakit hanya dinikmati orang beriman dan ikhlas menerima cobaan.  

Kebanyakan kita, sadar atau tidak, kadang mengeluh kalau nikmat sakit itu datang kepada kita, apalagi ketika kondisi psikis lagi tidak menentu, maka sakit ini juga menjadi persoalan yang baru.

Oleh karena itu, semua nikmat yang diberikan Allah kepada kita dalam bentuk apapun harus tetap kita syukuri, dan ini menjadi obat penenang bagi kita yang beriman.

Nikmat sehat itu, bisa dirasakan apabila kita mendapat ujian sakit, Allah menguji manusia dengan berbagai cara, salah satunya dengan memberikan penyakit. Allah memberikan ujian tersebut mengandung maksud bagi si sakit boleh dibilang adalah ujian keimanan dari Allah SWT, karena di dalam sakit kita dituntut untuk pasrah dan tawakal, sabar dan ikhlas.

Nikmat menjadi seseorang muslim ketika ia sehat ataupun mendapatkan anugerah ia bersyukur maka Allah akan menambahkan nikmatnya. Namun kadangkala nikmat sehat itu jarang disadari kalau belum merasakan sakit. Sehingga, sedikit sekali orang yang bersyukur karena nikmat sehat ini dianggap biasa-biasa saja.

Oleh karena itu, jika seseorang muslim tertimpa musibah, ia bisa mendapatkan keuntungan terhadap musibah tersebut. Dikatakan mendapat keuntungan karena  ia dapat menata diri, mau tawakal, sabar, ikhlas dan berobat sesuai dengan tuntutan Nabi SAW.

Orang yang beriman saat sakit akan mendapatkan ketenangan hati sekaligus mendapatkan pahala kalau mau menerima dengan legowo. Bahkan dalam keterangan (hadits) lain, dosa-dosanya pun berguguran. Tentu berharap penyakitnya segera sembuh dan itu bagian dari kemuran Allah yang diberikan hambanya yang kuat menghadapi ujian. Sebagaimana yang tertuang dalam hadits Bukhori dan Muslim yang artinya:

“Tidak seorang muslim pun yang tertimpa sesuatu musibah, penyakit ataupun lainnya, melainkan Allah swt menggugurkan (menghapuskan) dosa-dosa dengan sebab sakit tersebut, sebagaimana pohon kayu yang menggugurkan daun-daunnya” (HR. Bukhori dan Muslim)

Walaupun sakit agaknya hal yang lumrah terjadi pada setiap manusia, namun sakit adalah bagian ujian Allah. Bila kita bersabar menerima penyakit dengan rasa syukur dan ketaatan, maka dosa kita akan berguguran sebagaimana disebutkan dalam hadist di atas. Bahkan sakit dianggap sebagai rizki atau nikmat yang bisa mendatangkan keuntungan yang kita bisa petik. Salah satu contoh kita termasuk hamba yang disayangi Allah yang akan dinaikkan derajatnya bila kita mampu menerima musibah ini dengan ikhlas dan sabar.

Seabagai Sunnatullah, bahwa  ketika mendaptkan kenikmatan, mudah bagi manusia menerima kenyataan itu. Namun ketika mendapat musibah, kita tidak mudah menghadapinya dengan sabar dan tawakal. Jika hal ini dapat  kita lakukan, maka akan menemukan kenikmatan luar bisa yang ada di dalamnya.

Kita akan baru merasakan kesehatan itu suatu nikmat, ketika jatuh sakit. Bandingkan saja bila kita diberi kenikmatan sakit oleh Allah, kita selalu mengeluh padahal nikmat sakit kita dapatkan tidak terlalu lama kalau dibandingkan nikmat sehat yang telah diberikan Allah SWT selama bertahun-tahun lamanya, kadang masih mengeluh dan  kurang bersyukur atas nikmat itu.

Islam melarang kita mengeluh ketika menerima musibah. Mari kita instrospeksi diri dan  bertaubat, semoga Allah mengampuni dosa-dosa kita dan bisa selalu bersyukur di kala mendapat ujian dan kenikmatan. Mari belajar dari diri kita, bagaimana caranya bersyukur dikala sakit.

Khoirul Muslimin, S.Sos.I.,M.I.Kom. Adalah Pengurus LP. Ma’arif NU Jawa Tengah,

Dosen Fakultas Dakwah dan Komunikasi UNISNU Jepara

 

 

 

Komentar



Berita Sejenis