SEMARANG - ”Di era teknologi yang berkembang dengan pesat, apakah surat kabar masih bisa bertahan?” pertanyaan itu meluncur dari Muh Junaedi yang bersama teman-temannya dari Prodi Komunikasi dan Penyiaran Islam Fakultas Dakwah dan Komunikasi Unisnu Jepara berkunjung ke kantor Redaksi Suara Merdeka di Jalan Raya Kaligawe Km 5 Semarang, kemarin.”Sekarang kan banyak koran yang bisa dibaca secara online. Tinggal buka handphone baca berita. Karena itu menurut berita ada koran di Amerika yang juga gulung tikar. Bagaimana dengan Suara Merdeka,” tanyanya.
Ainurofik dan Alfi, mahasiswa lain melanjutkan dengan pertanyaan senada tentang berita online, apakah sama antara berita cetak dengan online-nya.
Sebelumnya Dekan Fakultas Dakwah dan Komunikasi H Noor Rohman Fauzan BEd MA menjelaskan kunjungan mahasiswa dari Unisnu itu antara lain bertujuan untuk melihat dari dekat bagaimana proses pembuatan berita di Suara Merdeka. Selain itu juga untuk ”ngangsu kawruh” bagaimana media cetak ini bisa bertahan di era teknologi baru sekarang ini. Kunjungan diterima Kepala Desk Solo Metro Suara Merdeka Sri Syamsiyah LS dan staf Sekretariat Redaksi Priyo Santoso.
Masih Ditunggu
Syamsiyah menjelaskan untuk kondisi masyarakat di Indonesia saat ini, budaya membaca Surat kabar masih cukup kuat. ”Setiap pagi masyarakat kita, masih menunggu koran untuk dibaca sebelum beraktivitas yang lain. Meski demikian bukan berarti koran tidak bergerak. Suara Merdeka tetap memperbaiki isi dan performanya agar lebih menarik perhatian lagi.”
Disamping itu Suara Merdeka juga memiliki media online di www.suaramerdeka.com, juga memiliki e-paper yang bisa diakses oleh mayarakat di semua wilayah. Media online juga memiliki ciri khas tersendiri yang lebih mengedepankan kecepatan update berita bila dibanding media cetak.Sementara Priyo Santoso menjelaskan tentang sejarah berdirinya Suara Merdeka dan perkembangannya hingga saat ini. Sumber : http://m.suaramerdeka.com/index.php/read/cetak/2014/02/26/253757
Komentar